Monday, December 17, 2012

Entah berapa juta putaran detik yang lalu . Lamat-lamat masih tergambar jelas gugus bulan yang tersenyum . Kau gambar bulan sabit yang mirip dengan alisku katamu kala(itu) .

Aku bahagia dapat setiap hari bercengkrama denganmu jingga . Hari-hari sendu dalam hariku kau cerahkan dengan pantulan cahaya permaimu. Jingga, jingga, betapa saat (itu) aku merasakan kegirangan luar biasa .

Sebahagia ketika kau menemukan peti terpendam dalam tanah yang berisikan mahkota dari negeri kayangan . Mahkota yang dikirimkan Tuhan melalui kau untukku jingga . Mahkota itu , yang pernah kau berikan padaku sungguh menawan kan jingga .

Cantik, berhiaskan butiran-butiran permata dan dilapisi dengan emas putih berkilau. Kau tahu jingga , aku merasa seperti seorang cinderella . Meskipun yang kau temukan bukan sepatu kaca .

Bukankah lebih indah kisah kita ini , kau menemukan mahkota yang jauh lebih berharga dibandingkan sepatu kaca. Alangkah negeri kita tak ayal seperti negeri kayangan jingga .

Dewa mentari telah berjalan tenang dari timur ke barat entah berapa ratus kali . Dan kini, negeri kayangan ini menjadi negeri senja.

Aku mendakwa dirimu jingga , jikalau kau takut hidup bersamaku . Aku tahu akan ketakutanmu itu . Kau takut, jika aku menghalangi permainya warna tubuhmu itu bukan .

Memang , aku sadar aku hanyalah semu "jingga" . Yang tak pernah mungkin untuk selalu bergandengan denganmu . Si tua kelabu mempertawakanku saat kuceritakan bahwa aku menginginkanmu .

Ku kira si tua kelabu salah karena menertawaknku sperti itu . Tapi nyatanya kini ? . Dia benar , aku tak pantas
untukmu jingga
Aku hanyalah "semu" , yang mencoba menelusup diantara jengkang-jengkang hatimu . Betapa bodohnya aku kan jingga .

Kau tahu kenapa sampai saat ini aku tak bisa tak memikirkanmu ? . Kau tahu kenapa hariku kelam karena tak ada dirimu di sampingku? Kau tahu kan jawabannya ?

Jawaban yang selalu ku cari dalam setiap lelapku . Jawaban yang melayap meracuni tiap jaringan otakku . Jawaban yang seharusnya tak kutanyakan padamu . Karena sampai sekarang jawaban itu tak pernah ditemukan .

Si tua kelabu memang membenciku . Kini dia kembali tertawa di atas penderitaanku . Dia menertawakan aku yang masih setia menunggu mahkota itu kembali .

Walaupun sekarang aku tau , mahkota indah itu kau berikan pada dewi langit . Dewi yang anggun dengan selendang putihnya .

Dia begitu cantik , menawan , dan menggoda setiap pangeran untuk mendekatinya . Termasuk kau kan jingga . Kau suka padanya . Dan kini kau mencintainya .

Andai aku bisa memilih , aku akan lebih memilih untuk menjadi dewi langit dibandingkan menjadi semu seperti ini . Dan mungkin itulah satu"nya pilihan agar aku bisa kembali bersamamu jingga .

Jingga , wajahmu tak'kan pernah pudar oleh senja . Meskipun kini negeri kita (dulu) tak lagi negeri kayangan ( negeri senja) .

Aku akan tetap setia di sini jingga . Hingga mahkota berkilauan itu kau kembalikan padaku . Karena aku sangat menginginkannya . Dan akupun juga sangat menginkanmu jingga , walau di negeri senja .



(NB : 1. Kalimat "Negeri Senja" saya kutip dari novel Agus Noor ~ Sepotong bibir paling indah di dunia
2. Cerita ini adalah suara hatiku untuk seseorang yang kupanggil "jingga" )

No comments:

Post a Comment