Friday, March 2, 2018

Mimpi Kecil Si Kunang-Kunang

Mimpi  Kecil Si Kunang-Kunang

                        Di sebuah hutan lebat tinggallah sebuah keluarga kunang-kunang yang hidup di atas pohon kecil. Mata ungu terpancar dari raut wajahnya. Penuh keseriusan dengan harapan yang tak sesederhana hidupnya. Berasal dari keluarga biasa, si kunang-kunang tidak memiliki keraguan untuk memancarkan cahaya terang dari ekornya. Setiap hari terbang bersama gelap gulitanya malam. Kekuatan yang besar mendorongnya untuk melakukan perjalanan aneh itu.
                        “Aku tak lelah, meski terkadang sayapku tak bisa meneruskan keinginanku”,gumamnya sendiri. Si kunang-kunang meninggalkan rumah tepat dua bulan yang lalu. Dia teringat saat-saat berpamitan dengan ibunya. “Yakinkah kau anakku, dengan keputusan anehmu ?”,suara ibu masih terngiang di kepala kecilnya. “Iya bu, aku pasti bisa bertemu dengan jati diri, do’akan aku ibu”,pinta si kunang-kunang dengan nada rendah.
                        Nada rendahnya tak mampu membangunkan semut merah di bawah kaki ibu si kunang-kunang. Seorang ibu yang tak berdaya,tak kuasa menahan mimpi kecil anak semata wayang yang ia miliki. Si kunang-kunang bersikukuh mempertahankan keinginannya.
                                                                        ***
                        Hari demi hari ia lalui dengan berbeda. Satu waktu mendapat masalah dan satu waktu mendapat senyuman. Tak terasa si kunang-kunang telah memasuki bulan ke tiga dalam misinya pencarian jati diri. Namun masalah demi masalah lebih meminta dia untuk menyelesaikannya. Salah satu adalah rasa rindu dan menyesal meninggalkan ibu yang di sayanginya berada di rumah sendirian.         
          Saat dia beristirahat sejenak di sebuah pohon apel, terdengarlah deru tangis seseorang. “Siapakah gerangan suara itu?”, pikirnya . Si kunang-kunang mencari dari mana sumber suara itu. “Apakah dosaku ini Ya Tuhan, aku memang terlahir tanpa cahaya,namun tak layakkah aku hidup ?”, sendu tangis dan ocehan terlontar dari suara itu. “Hai, kenapa kamu menangis ?”,tanya si kunang-kunang kecil. “Hiks.. hiks..”,hanya untaian tangis yang mampu menjawabnya.
                      “Kamu siapa?”,ujar suara asing yang ternyata adalah juga seekor kunang-kunang.Kunang-kunang kecil menjawab, “Aku kunang-kunang sama sepertimu, panggil saja aku kecil,namamu siapa ?”. “Aa.. aa.. ku ..aku tak .. tak punya .. na..na.. maa ..aku memang tak punya nama”,tangis kembali terpecah dari kata terbata-bata yang baru diucapkan.“Sudah-sudah kawan jangan keluarkan air matamu secara percuma ayo ikut aku,”rayu kunang-kunang kecil seraya meraih tangan kawan barunya.
                                                                        ***
                        Perjalanan aneh mencari jati diri di lakukan bersama-sama oleh mereka. Ternyata kawan si kunang-kunang kecil terlahir tanpa memiliki sinar terang dari ekornya. Hingga semua keluarga dia menolak keberadaannya, bahkan sebelum bertemu kunang-kunang kecil ia tak punya teman satupun. 
                        “Bolehkan aku memanggilmu bintang?”,seru kunang-kunang kecil pada temannya. Tawa kecil yang menjawab pertanyaan kunang-kunang kecil. Hingga mereka malah tertawa bersam, seakan memecah ombak di lautan yang sedang mereka lalui. Sebuah tawa sederhana dari dua sahabat, mampu menghanguskan sedikit demi sedikit rasa sedih yang di alami si kunang-kunang cacat.
                        “Sebenarnya kita mau ke mana sih ?”,kata teman kunang-kunang kecil yang berusaha mengalihkan pertanyaan. “Jawab dulu pertanyaanku kawan”,sahut kunang-kunang kecil. Hanya sebuah anggukan kepala  yang berarti “iya” yang terlihat dari kawannya itu. Namun cukup untuk mewarnai hati si kunang-kunang kecil.
                        Dalam diam kunang-kunang kecil tak dapat menemukan jawaban . Diapun tak tahu harus mengepakkan sayap ke mana untuk mencari jati diri. Tak ada arah tak ada tujuan. Sebuah mimpi kosong yang sulit untuk diwujudkan. Mimpi kecil yang kosong membuat hati kunang-kunang kecil menjadi mendung.
                        “Maafkan aku kawan, sejujurnya aku tak tahu harus mencari impian kecilku di  mana”,lirihnya lembut. Mereka terdiam sejenak,lalu pertanyaan kembali menyeruakkan hati kunang-kunang kecil. “Bolehkah aku tahu apa impianmu? Hingga kau menghabiskan waktu hanya untuk petualangan ini?”,tanya bintang,nama yang di berikan kunang-kunang kecil. “Jati diri,bintang aku ingin mencarinya,dulu aku pernah di ceritakan oleh pamanku kalau kita hidup harus mencari jati diri.Tapi aku sedih karena tak tahu kemana harus mencarinya”, ujar kunang-kunang kecil. ”Biarlah kecil, aku tak peduli kita akan mencari di mana ,yang penting kini aku bahagia  mempunyai sahabat baik sepertimu”, jelas bintang.
                                                                        ***
                       
                     Sang petir mengamuk setiap benda yang menghalangipandangannya. “Aku takut,kecil”, kata teman kunang-kunang kecil. “Taka apa-apa bintang, aku akan selalu melindungimu,meskipun nyawaku yang jadi korbannya,jawabnya penuh berani. Langit cerah seketika berubah gelap gulita. Sang angin pun turut bertiup dengan kencangnya.
                        Badai kian mengamuk, angin mematahkan batang demi batang pohon yang lapuk. Mereka malah berlindung di sebuah dahan pohon. Tiba-tiba “Wushhh”, angin kencang membawa teman kunang-kunang kecil secepat kilat. Hingga ia terlempar ke tepi sungai. Dengan segera si kunang-kunang kecil terbang mengejar kawannya . “Bintang, Bintang, di mana kamu”, teriaknya. “Aku di sini kunang-kunang kecil”,jawab bintang pelan. Setelah mencari, bertemulah kedua sahabat tersebut.

                        “Raih tanganku bintang”, seru kunang-kunang kecil yang beruasaha menolong bintang yang tersangkut dan akan segera jatuh ke sungai. Kawan kunang-kunang kecil berusaha berpegangan tangan dengan kecil. Akhirnya menempellah kedua telapak tangan pemimpi-pemimpi kecil. Mereka berhasil berada di tanah tepi sungai dengan selamat.
                                                                        ***
          Ibu kunang-kunang kecil menyandarkan kepalanya di serambi  rumah sambil memikirkan anak semata wayang yang ia miliki. “Di mana anakku sekarang, makan apa dia, masih hidupkah dia”, lamun seorang ibuyang merindukan anaknya . Dengan menitihkan air mata tiba-tiba lamunan ibu si kunang-kunang kecil di buyarkan oleh amukan petir yang menyambar. Seakan Tuhan memberi pertanda buruk akan keadaan anaknya.
                        “Tidakkkkkk……………..”,suara gadis kunang-kunang mengiringi deru-deru angin yang tersisa dari amukan sang badai.Berhenti sampai disinilah perjalanan kunang-kunang kecil bersama bintang dalam pencarian jati dirinya.



PENULIS : ARUM LAILATUL FITRI
KELAS  : XI-IPA1


NO. ABSEN : 07(TUTJUH)