SECUIL CERITA BERSAMA BINTANG
Di
sebuah sendu penuh misteri kala matahari bersiaga kembali ke peraduannya. Hanya
lamunan penuh asa yang setia menemaniku. Lama aku menanti rembulan dan
bintang-bintang yang tersenyum seperti halnya dulu. Akankah mereka bersedia
merekahkan bibir lembut nan manisnya secara cuma-cuma hanya untuk seorang
budak. Bukan budak para raja di bumi, namun budak dari seorang budak. Merelakan
tenaga,pikiran,bahkan perasaan secara percuma kepada budak-budak kesayangan
dewa-dewa budak. Tak pernah terlintas dalam hati ini mempermasalahkan sebuah
jabatan. Jabatan yang sangat tak penting untuk diperebutkan. Aku hanya ingin
mencontoh teladan dari sebuah novel yang diceritakan oleh guruku bahwa seorang
lakon pada novel tersebut selalu menatap
hari demi hari dengan keindahan yang berbeda. Sebuah keputusan dewa
budak di hari lain belum dapat diterima batin ini. Akan tetapi, di hari yang
berbeda keputusannya secara perlahan bisa membuka mata hati kembali. Tak ada
yang salah dalam semuanya, kecuali kau. Kau memilih pilihan yang belum benar.
Kau menyalahkan mereka yang tak tahu apa-apa. Kau terlalu memandang dengan
sebelah mata. Salahmu karena hanya melihat dunia dengan satu sisi saja. Kau
adalah aku,kau yang salah adalah aku yang salah. Namun percuma menyalahkan diri
sendiri. Pengalaman tersebut akan kujadikan pelajaran berharga sampai kelak
nanti. Tak ada dendam,tak ada maaf. Semuanya kan kulupakan seperti tidak pernah
terjadi apapun.
Kebiasaan merevisi tulisan,sering menjadi batu
penghalang dalam diriku untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Sehingga seperti
sekarang, empat carik kertas ini tak segera terisi penuh. Mungkin suasana dan
keadaan ramai, atau ada masalah lain yang membuatku terkesan sulit
menyelesaikannya. Aku bingung, kenapa malah balik bertanya pada diri sendiri.
Ataukah kesenangan tadi malam yang menghapus segala keluh kesahku minggu-minggu
ini. Ku rasa iya dan benar. Tapi, jika aku ceritakan “itu” aku agak takut.
Bahkan bisa dikatakan memang sebuah ketakutan yang menyelimutiku. Sebuah
ketakutan jikalau tulisan sederhana ini tidak terkonsep,tidak runtut. Namun,
kata-kata beliau masih terngiang di pikiranku, ”Tulisan itu tidak ada yang salah”,tuturnya. Hingga kucoba untuk
yakin dan percaya akan sebuah pesan tersebut.
Sebuah hidup,sebuah hari-hari berbeda
dari dua tahun yang lalu. Bumi pertiwi dan kehidupan penuh warna pelangi. Suka dan duka,
senang,sedih,haru,bahagia,sakit,susah,dan masih banyak lagi warna-warni pelangi
di hidupku. Berawal dari kefanatikan anak ingusan terhadap sesuatu. Membuatnya
rela mengorbankan apapun demi mencapai “sesuatu” tersebut. Penting atau
tidaknya tak menghiraukan mereka asal dapat bahagia. Jarak yang memisahkan tak
jadi penghambat,jangankan jarak, tenaga,waktu,dan uang melayang diterpa angin kesenangan . Raut wajah mereka
masih menghalang-halangi bayangan kepalaku ketika aku menorehkan tulisan di
kertas ini. Wajah-wajah lelah, wajah-wajah kelaparan para penggemar. Bukan
kesenangan belaka, tapi kepuasaan batiniahlah yang di rasakan mereka,yang juga
terasakan olehku di malam gelap itu. Sebuah angan-angan kecil yang dulu tak
dapat kuraih, kini telah kucapai. Semuanya jadi mimpi-mimpi kecil yang terbang
bersama cahaya kunang-kunang menerangi
malam kelabu. Awalnya aku di ajak oleh seorang teman untuk mengikuti acara
M&G. Berfikir dan berfikir perlu waktu bagiku untuk membuat sebuah
keputusan sederhana. Akhirnya kata “iya” yang terucap dari bibir mungilku. Aku
dan temanku,sebut saja Lia berangkat penuh semangat. Kupacu gas pada tumpangan
yang kukendarai dengan kecepatan kuda. Sebelumnya bayangan M&G bersama
group band terkenal,yaitu D’Masive adalah acara yang terkonsep. Namun Tuhan
berkehendak lain,baynganku selalu saja tidak sama. Kami, tidak meuju ke
penginapan group band tersebut akan tetapi malah menuju ke basecamp Masivers
Bojonegoro. Mereka menamai diri mereka dengan “MASBONY” yang artinya Masivers
Bojonegoro Comunity. Hal yang tidak terduga siang itu,dapat bertatap muka
dengan anak-anak masivers Bojonegoro. Padahal kata hati berkata lain, “Aku
bukan seorang masivers”. Belum lama kusandarkan punggungku di tembok, datanglah
satu persatu anggota masivers dari kota lain. Mereka berasal mulai dari
Blitar,Pasuruan,Kediri,dan Lamongan. Pengalaman baru bagiku,bertemu dan
bercengkarama bersama teman-teman yang juga baru pula. Ternyata saat itu pihak
group band masih sesi wawancara di sebuah radio lokal di Bojonegoro. Hari mulai
menunjukkan kegelapannya aku dan anak-anak masivers menuju ke Hotel Pazia untuk
menunggu kedatangan sang G-Star. Tak terlintas sebelumnya menunggu di trotoar
jalan bersama-sama, bukan kesalahan hanya sebuah pengalaman kecil. “Em.. jadi
begini ya,rasanya jadi fans berat itu”,bisikku dalam hati. Foto bersama menjadi
pilihan menghilangkan jenuh ditemani hilangnya sang surya yang berjalan ke arah
barat bersama langit merah. Ketika itu juga datanglah yang kami nanti-nanti.
Personil D’Masive mendekat dengan mengendarai mobil hitam yang berplat hitam
pula. Aku dan teman-teman berteriak seperti orang gila,gila akam bintang yang
bersinar di bumi kesenangan dunia.
Sayangnya kami belum
diperbolehkan masuk menemui sang bintang. Namun
tak beberapa lama kemudian, turunlah personil D’masive sambil melambaikan
tangan dengan lembut. Hingga seorang tinggi besar berkepala botak menghampiri
aku dan masivers yang lain dan mempersilahkan untuk masuk. Di depanpintukamar
Guest star, aku menunggu sosok terang yang terkenal muncul dari persembunyiannya.
Lalu keluarlah mereka dengan wajah mempesona. Betapa bahagianya diriku,semuanya
seperti mimpi saja. Satu persatu personil D’Masive menjabat tangan kami dengan senyuman
dan pertanyaan kecil. Mereka memang manusia biasa,tapi mereka adalah bintang kejora
yang menyinari wajah-wajah penuh peluh dengan senyuman. Hari itu adalah moment
terindah dalam hidupku. Tak henti-hentinya kami memotret dan memandang takjub grup
band tersebut. Entah jarum jam ditanganku menunjukan pukul berapa,Ryan,vokalis dari
D’Masive memulai acara M&G beserta peresmian “MASBONY”. Dimulai dengan do’a
dari sang drummer, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan kue tart. Kesempatan
yang luar biasa didapatkan oleh mbak Lisa, selaku ketua Masivers Bojonegoro . Dia
mendapatkan kesempatan memperoleh suapan sepotong kue dari vokalis D’Masive .Mbak
Lisa juga mendapat keistimewaan bisa foto eksklusif dengan semua personil D’Masive
. Sayangnya basist yang dapat dibilang sangat ganteng itu tidak ikut keluar.
Katanya kurang enak badan , tutur temannya saat diwawancarai di radio local
tadi. Maklum, merekabukan Tuhan yang tak pernah bahkan tak punya rasa lelah. Mereka
hanya manusia yang butuh istirahat . Setelah pemotongan kue adalah sesi foto bersama
.Sialnya wajahku tidak kelihatan karena saking banyaknya fans yang ingin foto.
Sialnya lagi gara-gara bingung ,aku tak sempat meminta tanda tangan sang
G-Star. Sangat disayangkan karena ini merupakan
kesempatan yang tak biasa .Tapi tak apalah ,bertemu dan bersalaman cukup membuatku
puas hari itu. Gema adzan maghrib telah berkumandang,dan selesailah acara
M&G kali ini. Dalam benakku berfikir ,kenapa pertemuannya harus sesingkat kedipan
mata. Setelah selesai, aku dan para masivers
segera menuju ke Veteran ,tempat berlangsungnya konser live J-Rocks dan D’Masive.
Kami menunggu gerbang buka sambil membagikan
potongan kue yang tadi di potong oleh Ryan. Semakin lama dan lama penonton mulai
membludak memenuhi parkiran . Padahal waktu masih menunjukkan pukul 18.30
WIB,dan acaranya di mulai pukul 19.00. Parkiran seluas lapangan bola telah dipersiapkan
untuk ratusan penonton yang diperkirakan akan memadati Veteran .Mobil-mobil polisi
juga telah dikerahkan untuk menjaga berlangsungnya acara.
Tapi aku merasa
aman meskipun diliputi rasa berkecamuk menonton konser semeriah itu . Kami para
masivers menyusun tak-tik ketika di dalam. Yaitu intinya cowok harus melindungi
yang cewek dan jangan sampai ada yang boleh pencar. Tepat pukul 19.00 WIB
gerbang di buka .Aku dan para penonton lain mulai antri masuk ,namun dengan keamanan
ketat. Tas kami diperiksa satu persatu oleh polwan agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan. Kulihat pula seorang tinggi gagah berpakaian hijau membawa seekor
anjing hitam yang menggonggongi kami . Suara gongongan anjing lain saling
menyahut dari balik mobil box milik polisi. Kemudian aku masuk dengan
teman-teman lain. Semut-semut merah seakan tak mau kalah dengan ramainya
manusia. Entah merasa terganggu atau alasan lain, para semut mengigit setiap
manusia yang dirasa mengusik daerahnya. Bukan Indonesia namanya kalau tidak
molor. Sudah sejam dari jadwal,acara tak kunjung dimulai. Sekitar 30 menit
kemudian barulah dimulai dengan pembukaan lagu “INDONESIA RAYA”. Aneh sih,dan
diikuti opening band dari band apalah namanya aku tak tahu. Hingga tibalah saat
yang dinanti, munculnya J-Rocks,G-Star pertama. Aku berteriak mengikuti suara
penonton lain memanggil-manggil nama J-Rocks. Kami berteriak memecah kesunyian
istana langit dan seakan membangunkan dewa langit dari tidur lelapnya.
Betapa
senangnya hatiku, grup band yang ku sukai sedari kecil dapat kulihat live
didepan mata. Maklum aku suka menceritakannya karena ini kali pertama aku
melihat live sebuah konser. Meski D’Masive juga kusukai, namun tak dapat
kupungkiri kecintaan yang lebih kepada J-rocks. Bisa dibilang tidak
konsisten,cap untuk diriku ketika aku ditanya oleh salah seorang masiver di
sampingku,“Kamu J-Rockstar apa Massivers sih ?”,tanyanya . Aku menjawab dengan
nada terbata-bata.”Em…. dulu.. dulunya sih J-Rockstar tapi sekarang Masiver
kok”. “Nggak konsisten!!”, bantah diriku kepada diriku sendiri dalam benak.
Sekarang yang masih berkecamuk dalam fikiranku yaitu “Aku adalah masivers palsu
yang terjebak ke dalam grup sekompak dan sebaik teman-teman masivers”. Biarlah
ini memang sebuah ketidaksengajaan yang mengasyikkan. Setelah penampilan
J-Rocks,tibalah saatnya D’Masive yang menunjukkan penampilan terbaiknya. Saat
baru lagu pertama yang dibawakan,penonton dari kiri panggung mulai rusuh.
Melempar-lempar batu ke arah sembarangan. Aku ketakutan melihatnya,tak bisa
dibayangkan jikalau terjebak dalam amukan massa di tengah lapangan. Tapi Allah
masih sayang padaku,cowok-cowok masivers dan bukan masivers melindungiku dan
teman-teman cewek yang lain dari hantaman batu. Sesaat kemudian,kericuhan
teratasi oleh tangan-tangan polisi. Lanjutlah jingkrak-jingkrak sambil
basah-basahan peluh keringat dan air yang disemprotkan panitia. Malam minggu
ini adalah malam terindah dari malam-malam kelabu sebelumnya. Malam penuh
pengalaman seru dan menegangkan. Sebuah kata berisi do’a menuntunku
menyelesaikan tulisan ini yang belum tentu bermakna di hadapan orang lain.
Namun aku bahagia dapat menulis dan aku suka menulis.