Tuesday, August 5, 2014

K A B U T

Putih , dingin, menghanyutkan
Bukan jingga yg kunanti kala senja
Bukan pula temaram cahaya bulan
Namun hanyalah sebuah bayangan Kabut

Kabut sang penyejuk jiwa

Begitu lembut seakan menghempasku ke atas langit kelam

Kabut ,Bolehkah aku ber-angan tentangmu?
Tentang hadirmu , tentang kehangatanmu?
Hangat yg akan menjadi nyata dengan senyuman mentari

Kau tahu kabut , betapa aku selalu ingin memandangmu
Memandang indah matamu
Mata yang kerap mengunci pandangku
Walaupun kau begitu dingin padaku
Aku tahu aku hanya setitik embun
Embun yang pernah mencintai jingga
Embun yang pernah merindukan bulan
Aku , Embun yang kini suka memandangmu
Kabut !

Tentang KAU dan AKU

Aku , aku , kau , kau
Aku dan kau
Kau , kau , kau , kau
Kaunya aku , akunya kau
Aku , kau , aku , kau
Kau dan aku


Aku , akunya kau
Kau , kaunya aku
Aku , kaunya kau
Kau , akunya aku



Sampai


Kaunya kau , kaunya kau ! Kau !
Aku , aku , aku
Akunya kau ?
Bukan !
Kau dan kaunya kau
Aku tanpa Kau . . .


Rabu , 15 Januari 2014

#NB : belajar buat puisi kotemporer -.- mohon maaf ini hanya karya reflek biasa tanpa bermaksud menyinggung pihak siapapun :)

Yang Tak Pernah Tersampaikan

Dalam setapak hening aku mulai menapakkan kaki , menyusuri kalbuku yang semakin lama semakin tenggelam ke dasar jurang kebisuan hati

Diam , diam , diam , memendam segala asa yang takkan pernah tercurah , beranikah kau ? Kurasa tidak !

Menyimpan segenap kerinduan , keresahan , kesenduan yang membara . Angin , kenapa kau tak pernah sampaikan pada(nya) ?

Harusnya buliran rintik hujan takpernah jatuh dalam kelopak bunga . Lihatlah kini dia kering oleh mentari , hanya mampu bersembunyi . Tak bermakna !

Adakah disana jiwa lain yang mampu menyampaikan pada(mu) ? Sampai kapan aku harus menapaki jalan ini tanpa arah dan tujuan ? Ke utara-kah ? Atau barat , bahkan timur ? Ah , sudahlah

Barangkali aku dan engkau hanya selapis udara kotor dalam karbondioksida yang pekat , semu , dan nyaris tak terlihat